Tingginya permintaan terhadap sepeda motor dipicu oleh faedah kendaraan roda dua itu sebagai alat transportasi. Saat ini, si kuda besi dianggap mangkus dan sangkil dibandingkan angkutan umum yang ada.
Masih ada pula anggapan sepeda motor sebagai simbol status sosial seseorang. Tak aneh jika kemudian sepeda motor masuk ke ruang-ruang keluarga di Indonesia. Orang tua terpicu membeli sepeda motor karena keluarga meminta kehadiran keluarga besi sebagai simbol kesejahteraan.
Di dalam keluarga, permintaan pembelian sepeda motor tak jarang muncul dari anak. Ada desakan kebutuhan dan gaya hidup. Namun, ada sesuatu yang perlu dipertanyakan manakala permintaan yang tidak terpenuhi berbuntut getir.
Baru-baru ini di lingkungan tempat tinggal kami mencuat kabar seorang anak yang mogok belajar dan akhirnya berhenti sekolah gara-gara tidak dibelikan motor oleh orang tuanya. Sang anak ngambek. Awalnya sekadar mogok tidak mau belajar dan bolos sekolah. Akhirnya, benar-benar berhenti sekolah.
Padahal, di rumah keluarga itu sudah ada dua sepeda motor. Bapak sang anak tidak mau membelikan karena sang anak masih kelas dua SMP.
Bisa jadi sang orang tua ingin memproteksi anaknya dari risiko kecelakaan lalu lintas jalan.
Bahkan, kabar terbaru dua siswa SMP 18 Semarang, Jawa Tengah, meninggal dunia dalam kecelakaan setelah sepeda motor yang mereka kendarai menabrak sebuah truk. “Truk tersebut diparkir di Jalan Gatot Subroto Semarang, Selasa (1/10/2013),” tulis Antara, Selasa.
Kedua korban sama-sama berusia 13 tahun. Saat kejadian, sepeda motor anak di bawah umur itu melaju hendak mendahului kendaraan. Namun, kendaraan yang akan didahului ternyata berhenti mendadak karena ada penyeberang jalan. Motor banting kemudi ke kiri dan menabrak truk yang terparkir di pinggir jalan.
Oh ya, data Korlantas Polri menyebutkan, tiap hari, pada 2012, di Indonesia, rata-rata 17 anak di bawah umur menjadi pelaku terjadinya kecelakaan di jalan. Siapa bertanggung jawab?
Kalau sebagai korban kecelakaan, tiap hari, rata-rata ada 152 anak di bawah umur yang menjadi korban kecelakaan di jalan.
Nah, kalau anak2 remaja/muda berusia 16-25 tahun yang menjadi pelaku kecelakaan, tiap hari rata-rata ada 92 orang. Sebagian dari mereka itu, yakni rata-rata tiap hari sebanyak 50 pelajar menjadi pelaku kecelakaan di Indonesia.
Sedangkan dari kalangan mahasiswa yang menjadi pelaku kecelakaan pada 2012, rata-rata sebanyak 17 orang. Jika para pelajar yang menjadi pelaku kecelakaan naik 28% pada 2012, kalangan mahasiswa naik 19%. (edo rusyanto)
0 komentar:
Posting Komentar